Kaitan Antara Sidik Jari, Bakat, dan Potensi (Bag.1)
Rahasia di Balik Sidik Jari
Sidik jari merupakan struktur genetika dalam bentuk rangka yang sangat detail dan tanda yang melekat pada diri manusia yang tidak dapat di hapus atau di ubah. Sidik jari ibarat barcode diri manusia yang menandakan tidak ada pribadi yang sama. Penelitian sidik jari sudah dilakukan sejak masa lampau. Penelitian ini berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu yang disebut Dermatoglyphics, yakni ilmu yang mempelajari pola guratan kulit (sidik jari) pada telapak, tangan dan kaki. Dermatoglyphycs berasal dari kata “Derm” berarti kulit,dan “Glyphycs” berarti ukiran. ketertarikan ilmuwan melakukan penelitian terhadap sidik jari disebabkan pola sidik jari manusia memiliki keunikan karakteristik sebagai berikut.
Pertama, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap orang. Tidak ada pola sidik jari yang sama antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, bahkan pada anak kembar identik. Kemungkinan pola sidik jari sama adalah 1:64.000.000.000, jadi tentunya hampir mustahil ditemukan pola sidik jari sama antara dua orang.pola sidik jari di setiap tangan seseorang juga akan berbeda-beda. Pola sidik jari di ibu jari akan berbeda dengan pola di sidik jari telunjuk,jari tengah,jari manis dan jari kelingking.
Kedua, sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat. Sejak lahir,dewasa hingga akhir hayat pola sidik jari manusia bersifat tetap. Hal ini berbeda dengan anggota tubuh lain yang senantiasa berubah. Sebagai contoh bentuk wajah yang berubah seiring usia. Berbeda dengan sidik jari walaupun seseorang dalam kondisi gemuk, kurus, sehat atau sakit dan dalam kondisi apapun tidak akan mempengaruhi pola sidik jari.
Ketiga, pola sidik jari relatif mudah diklasifikasikan. Walaupun sidik jari bersifat spesifik, Bentuknya tidak acak.dalam sidik jari, ada pola-pola yang dapat diklasifikasikan sehingga untuk berbagai keperluan,contohnya pengukuran mudah dilakukan. Berdasarkan struktur sidik jari bersifat unik itulah sidik jari dapat diklasifikasikan.
Karakteristik dan keunikan yang ada di sidik jari memunculkan banyak pertanyaan tentang fungsi dan maknanya. Salah satu fungsi yang bisa di aplikasikan dari kehadiran sidik jari adalah penggunaan alat forensik identifikasi, yaitu menentukan perbedaan identitas seseorang melalui pola sidik jari yang dimiliki oleh setiap individu. Namun apakah sidik jari hanya berfungsi sebatas alat identifikasi?
Dr. Mary Lai, Ph.D., MME dari Taiwan–pendidikan yang menggunakan dan mengajarkan manfaat sidik jari dan penelitian Dermatoglyphics dalam penempatan, konseling orang tua dan anak, serta pengembangan kurikulum individual-menjelaskan sebagai berikut.
“The balance of the brain is the keyl elemen for learning instead of the quantity of the brain. based upon Mr.Piaget’s study, when people have (overcome) emotional and learning interferences, a new balance is created in the mind and this is an efective acknowledgment of defelopment. In our dermatoglyphycs (skin pattern) assessment, we know when some part of the brain are not balance,(and can predict) the child will have responses such as fear,sadness,upset, withdrawing, and even give up to show the anxiety the pressure for surviving in the real world. If the child can find a new balance (to use) to adjust to the environment he or she will have(s) happy,enthusiastic, active, and patient attitude to fullfil some personal life purpose successful.
Dermatoglyphics is like an instruction book showing how brain work. In the dermatoglyphics assessment, there is no child who is not great. There is only the child who does not know how to use his or her talent and benefit themselves.however learning theory ,knowledge and experience at the time, instead of each child’s individual learning talent, preference, and superiorities. The wrong guidance makes mentor spend a lot of time forcing the child to fit into some specific learning style. Consecuently, the deficient or wrong knowledge about the child leads to many learning obstacles, and learning such as misbehavior, psychologycal interference, and learning deficits, and the frustrated child.
By using her dermatoglyphycs tools very early in the child’s life, even before the age of two, she is able to identify the problem areas that the child may experience in his or her development and design individual development and educational curriculum planning and prepare the mentor’s, teacher’s and family to more successfully facilitate each child’s success in life.
She represent the symposium entitled the common language of education which will focus on the teaching methods of multiple intelligence development based on dermatoglophycs research. (90 minutes) and willbe joined by 4 panelits to do the presentation which will focus on Austin.dermatoglyphycs, and special education application (90 minutes).
She will tell abaut her twenty years of experiences developing childs curriculum based on studies of palm and sole dermatoglyphyics now with data base sporting her work with close to 10,000children. She or some other members of her group may also demonstrate some recently developed practitioner aiding software.
Peniliti asal Taiwan tersebut mejelaskan bahwa di samping kuantitasnya, keseimbangan otak merupakan elemen penting dalam belajar. Berdasarkan penelitian Piaget, ketika orang mempunyai interferensi emosional dan pembelajaran, keseimbangan baru tercipta di otaknya dan ini merupakan pernyataan/pengakuan perkembangan yang efektif. Dalam penilaian Dermatoglyphycs, dia mendapatkan bahwa ketika beberapa bagian pada otak tidak seimbang, dapat diprediksi seorang anak akan mempunyai respons, seperti takut, sedih, murung, menyendiri, bahkan menyerah menunjukan kecemasan dan tekanan guna bertahan hidup di dalam dunia nyata. Jika anak tersebut dapat menemukan keseimbangan baru dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, ia akan senang, antusias aktif dan sabar guna meraih tujuan pribadi hidupnya dengan sukses.
Dermatoglyphycs seperti sebuah buku intruksi alamiah yang menunjukan bagaimana otak itu bekerja. Dalam penilaian Dermatoglypycs, tidak ada anak yang hasil skornya tidak besar. Yang ada hanyalah anak yang tidak tahu bagaimana menggunakan bakat dan kebisaan yang dia miliki.
Namun, mentor terkadang keliru dalam mebimbing anak yang didasarkan pada teori pembelajaran yang populer, pengetahuan, dan pengalaman saat itu, alih-alih pada bakat/kemampuan belajar individual anak, preferensi (yang disukai anak), serta keunggulannya. Bimbingan yang keliru mebuat para mentor memerlukan banyak waktu dalam mendorong anak untuk mengikuti belajar tertentu atau yang lebih spesifik. Konsekuensinya kekurangan atau kekeliriuan pengetahuan pada anak tersebut membawa anak menemui berbagai hambatan/kendala belajar seperti salah dalam berperilaku, interferensi psikologis dan kurang mempunyai motivasi belajar, serta frustasi.
Dengan menggunakan alat Dermatoglyphycs pada kehidupan anak sejak dinibahkan usia sebelum dua tahun peneliti ini mampu mengidentifikasi area permasalahan yang dialami anak dalam perkembangannya. Selain itu ia bisa mendesain pengembangan individual dan perencanaan kurikulum pendidikan serta menyiapkan para mentor, guru, dan keluarga untuk lebih memfasilitasi kesuksesan anak dalam hidupnya.
Pola Sidik Jari Terbentuk Sejak Dalam Kandungan
Kita telah membahas bahwa sidik jari diduga kuat berkaitan dengan jejak evolusi genetika. Pendapat tersebut didasari hasil riset medis yang mengetahui bahwa pola pembentukan sidik jari telah terbentuk sejak janin dalam kandungan 13 minggu sampai 19 minggu. Diketahui pula bahwa pola sidik jari di pengaruhi oleh DNA seseorang, bersifat herediter/diturunkan dari orang tuanya.
Hal yang lebih menarik lagi, ternyata pembentukan pola sidik jari ketika janin dalam kandungan tersebut berkaitan dengan pembentukan Struktur otak. Oleh karena itu, tentunya pembentukan pola sidik jari akan sangat berkaitan dengan perkembangan sel-sel saraf otak.
Dr. Rita Levi Montalcini dan Dr. Stanley Cohen pada tahun 1986, melakukan penelitian tentang korelasi antara EGF (Epidermal Growth Faktor) dan NGF (Nerve Growth Factor). Penemuan disini menemukan korelasi antara pola garis-garis Epidermal kulit dan hormon system pertumbuhan saraf. Sebagaimana yang telah diketahui, sistem saraf terbagi menjadi dua, yaitu saraf pusat dan saraf perifer. Sistem saraf pusat terhubung pada otak dan sunsum tulang belakang.
Jika pembentukan pola sidik jari sangat berkaitan dengan struktur otak, harapan selanjutnya adalah kita akan mendapatkan gambaran mengenai cara kerja struktur otak setiap individu. Seluruh keputusan dan tindakan seseorang adalah hasil dari proses kerja otaknya. Otak jugalah yang akan memberikan sumbangan atas dasar kepribadian seseorang yang tidak ada yang sama alias unik, seperti halnya sidik jari.
Ketertarikan terhadap hubungan sidik jari dengan neuro anatomi banyak melahirkan riset-riset yang berkaitan dengan kondisi genetis seseorang, baik dari aspek medis maupun psikologis. Salah satu penelitian medis yang berhubungan dengan sidik jari adalah hubungan sidik jari dengan penderita Down Syndrome dan beberapa penyakit lain yang bersifat kelainan genetik.
Ada juga penelitian untuk mencari korelasi antara pola sidik jari dan karakter serta kecerdasan. Hingga saat ini, penelitian terus berlanjut untuk dapat mengungkap makna yang lebih mendalam dari pola-pola sidik jari manusia. Berkaitan dengan Neuroscience terbaru, kunci utama dalam menginterprestasikan polo-pola sidik jari kedalam area psikologi adalah bagaimana kita mengaitkan struktur sidik jari dengan strutur otak. Oleh karena itu , bidang ilmu mengenai struktur sidik jari, yaitu dermatoglyphycs, biometri Fingerprint, neuoroscience, dan psikologi harus sama-sama terlibat.
Dari hasil riset studi empiris dan data-data statistik berkaitan dengan sidik jari kita juga akan melihat bagaimana struktur sidik jari tersebut membentuk pola-pola tertentu. Pola-pola tersebut dapat menjadi pedoman dalam menginterprestadikan sistem kerja otak melalui aspek perhitungan Biometric dan penginterprestasian. Dengan demikian lahirlah sebuah metode, yaitu metode analisis sidik jari.