Nurturing natural talents

-->

Melukis Masa Depan Anak Kita

MELUKIS MASA DEPAN ANAK KITA

 

Apa yang harus kita lakukan untuk mempersiapkan anak kita menghadapi masa depannya?

     Pertama, Anda cari tahu potensi anak Anda, bisa dengan mengikutkan dia tes analisa sidik jari atau analisa minat bakat. Kalau gak ada dana cukup Anda amati apa yang dia senangi, dan berikan perlakuan khusus dengan memberikan fasilitas terhadap apa yang dia senangi untuk dikembangkan secara maksimal.

    Bagaimana dengan anak yang mudah bosan? Sering berpindah-pindah minat terhadap barang atau permainan tertentu? Gak usah bingung, bisa jadi dia memang bakatnya agak banyak, istilah kerennya Multiple Intelligences (banyak kecerdasan). Yang penting, kita tidak memaksakan dia mengikuti suatu kegiatan berdasar keinginan kita atau biar dianggap keren. Anak yang berbakat pada satu hal khusus, cenderung melakukan sesuatu yang dia sukai dan dilakukan berulang-ulang.

      Sering-seringlah bermain dengan anak Anda untuk menemukan minat dan bakatnya. Atau kalau tidak sempat, Anda berikan tugas pada asisten atau baby sitter Anda untuk melaporkan apa saja kegiatan anak Anda pada malam hari setelah Anda pulang dari kantor.

   Hal mendasar yang harus kita siapkan bagi perkembangan anak kita adalah berkenaan dengan soal keyakinan beragama, pendidikan karakter dan etika kehidupan bermasyarakat. Karena bekal yang terbaik adalah keyakinan anak kita bahwa kebaikan, kejujuran dan karakter mulia lainnya akan berlaku sampai kapanpun apapun profesi dan bakat yang dimilikinya. Selain hal tersebut, kita harus mampu melihat dengan sungguh-sungguh dan pikiran terbuka apa potensi yang dimiliki anak kita untuk kita kembangkan secara maksimal.

     Kedua, Anda harus tahu apa hasil akhir dari anak Anda. Tentukan tujuan. Mau dijadikan apa nanti pada akhirnya. Gak usah khawatir gak tercapai. Kalau memang nantinya karena satu dan lain hal gak tercapai, gak usah takut atau kecewa. Rencana Tuhan pasti lebih baik. Dengan catatan kita punya tujuan yang jelas dulu. Karena tanpa tujuan akhir yang jelas akan sulit bagi kita mengarahkan anak kita. Dengan menetapkan tujuan, Kita sudah berikhtiar untuk memahami maksud Tuhan menciptakan anak kita. Dan kita pun akan mengambil langkah-langkah yang pasti sesuai tujuan kita, tidak sekedar ikut-ikutan orangtua lainnya yang belum tentu sesuai dengan kita atau dengan potensi anak kita.

    Usahakan tujuan Anda sesuai dengan potensi yang dia miliki. Misalnya, Anda ingin anak Anda jadi dokter, tapi dari kesehariannya terlihat kalau Anak Anda lebih menyenangi kegiatan otak-atik computer atau sepedanya, maka pilihan Anda adalah merubah tujuan Anda dengan mempersiapkannya menjadi seorang ahli computer atau membiasakannya dekat dengan dunia kedokteran.

     Anda bisa membawanya ke pamannya yang dokter atau sahabat Anda yang jadi dokter, atau sering-sering jalan-jalan di rumah sakit atau membelikan buku-buku bergambar dokter dan kegiatan seputar rumah sakit, atau membelikannya CD film anak-anak yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Kalau pada akhirnya anak itu memilih menjadi dokter, maka Anda tinggal menindaklanjuti dengan mengikutkannya pada kursus-kursus yang melatih kemampuan kognitifnya seperti kursus matematika, biologi atau sejenisnya.

  Tapi, kalau ternyata setelah usaha Anda membiasakannya dengan dunia kedokteran dia malah terlihat tidak menikmatinya atau malah nangis dan tidak suka, maka tidak ada salahnya sejak dini Anda sudah mengenalkan dunia yang lain yang menurut Anda akan disukai anak Anda. Intinya, jadilah pembaca potensi anak Anda sendiri. Atau, mintalah bantuan professional untuk membaca potensi anak Anda. Jangan memasukkan ke tempat-tempat kursus karena kelemahannya, tapi ikutkan dia kursus-kursus yang mengembangkan kekuatan atau potensinya.

    Ketiga, Selalu lakukan pemantauan atau evaluasi terhadap apa yang sudah Anda upayakan. Hindari melakukan hal yang sama dan tidak efektif dalam menemani tumbuh kembangnya buah hati Anda. Contohnya, karena sudah terlanjur ikut kursus seni lukis atau kursus musik yang berbiaya mahal, Anda terus saja memaksanya untuk mengikuti kursus tersebut. Padahal Anda sudah tahu kalau anak Anda merasa tertekan dan tidak ada kemajuan yang signifikan dari hari ke hari.

    Saya pribadi pernah mendapatkan seorang ayah di Surabaya yang mengkursuskan anaknya kursus organ atau piano selama 6 tahun. Apa yang terjadi setelah tamat kursusnya? Si anak tidak mau lagi menyentuh organ/piano yang ada di rumahnya. Setelah di tes sidik jari, didapatkan ternyata anaknya lebih berbakat pada bidang lain, atau dengan kata lain bakat musiknya lebih rendah dibandingkan bakat yang lainnya.

     Kalau hal ini terjadi pada anak kita, maka bukan saja kita yang rugi materi, waktu, tenaga dan pikiran, tapi anak kita juga rugi karena bakatnya yang menjadi kekuatannya tidak dikembangkan secara optimal.

     Terakhir, Do’akan selalu di setiap waktu agar anak Anda berkembang menjadi manusia seutuhnya dengan potensi yang dimilikinya. Kebahagiaan lebih mudah datang pada diri anak yang bakatnya atau potensinya berkembang secara maksimal dari pada anak yang berkembang berdasar pesanan atau kemauan/egoisme orangtuanya.

     Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan anak kita. Kita hanya bisa memperkirakannya berdasar kondisi kemajuan-kemajuan peradaban yang terjadi pada masa kini dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti. Tapi, kita bisa memastikan kegembiraaan dan kebahagiaannya dalam melalui masa-masa perkembangannya dengan mengembangkan dirinya berdasar potensi yang dimilikinya di masa sekarang, bukan dengan pemaksaan berdasarkan kehendak kita sendiri. Setidaknya itu akan dikenangnya dan menjadi dasar kuat bagi perkembangan kepribadiannya, menjadikannya untuk selalu bahagia dan percaya pada kemampuan dirinya apapun yang terjadi pada zamannya nanti.

 

Bagaimana menurut Anda ?

 

Fardha Khoirul Roin

Trainer  Specialist Pada PT. Q Sukses Manajemen Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *