Nurturing natural talents

-->

Sudahkah kita mencium anak kita pagi ini?

     Bagi sebagian orang tua urusan anak adalah urusan kecil, masih ada urusan yang lebih besar seperti karir, politik, sosial dan yang lainnya. Tapi kalau urusan kecil ini diabaikan, justru dia akan mempengaruhi urusan besar yang selama ini menyita waktu kita, dari karir, socialita, politik, usaha atau yang lainnya.

     Coba saja lihat betapa seorang Pimpinan yang dihormati dan disanjung didepan ratusan ribu karyawan perusahaannya menjadi tidak berdaya dan tidak digubris omongannya di depan anak semata wayangnya ketika dia sudah pulang ke rumah. Bukankah anak yang dulunya anugerah mendadak jadi bencana karena ketidakmampuan kita mengisi cinta dan kasih sayang ke dalam hatinya?

     Tidak ada anak yang terlahir untuk menyakiti dan merusak. Semua anak terlahir secara fitrah. Fitrah itu positif, karena fitrah itu terhubung dengan Yang Maha Suci. Bisa jadi tangki cinta dan kasih didalam hatinya sedang kosong yang mengubahnya menjadi anak yang butuh perhatian lebih ketika di sekolah atau ketika bergaul dengan teman sebayanya. Masihkah kita menyalahkan anak kita atau orang lain entah itu guru atau lingkungan yang merusak mental anak kita?

      Bukankah lebih baik kita mengambil tanggung jawab itu dengan menjadi orang tua yang benar-benar hadir untuk anak kita? Bukan sekedar orang tua yang ada di dekatnya tapi sibuk memainkan handphone kita menghubungi kolega-kolega kita atau sibuk mem-browsing berbagai kebutuhan kita di internet dan hanya membiarkan anak kita bermain sendirian.

    Apalah artinya hebat, terkenal, di hargai, di hormati di depan jutaan orang kalau di depan anak kita sendiri semua nasehat kita tidak digubris sama sekali. Bukankah yang menyelamatkan kita pada kehidupan di dunia akhirat kelak adalah anak yang sholeh yang mendoakan kebaikan bagi kita selama di dunia dan akhirat?

    Hanya anak yang sholeh yang masih terus mendoakan orangtuanya meskipun jutaan orang yang dulu menghormatinya sudah melupakannya. Hanya anak yang sholeh yang terus mendo’akan kita sampai kematian menjemput anak kita.

  Mengapa bangga dihargai, dihormati, ditakuti, disegani, dituruti jutaan orang yang jadi karyawan kita atau yang mengenal kita kalau anak kita sendiri tidak pernah merasakan belaian dan kasih sayang kita?

   Semoga kita termasuk orang tua yang menyempatkan diri untuk memeluk, membelai dan mencium anak kita sebelum berangkat kerja dan sepulang kerja. Terutama jika kita masih memiliki anak usia 0 – 12 tahun, karena biasanya diatas usia itu anak sudah mulai malu untuk dicium. Waktu kita untuk menciumnya dengan kasih sayang sangat terbatas, kenapa menyia-nyiakan kesempatan itu walau cuma menyempatkan diri 5 menit saja untuk menciumnya?!

Tulisan ini merupakan buah pikiran dari:

Farda Khoirul Roin

Trainer Specialist pada PT. Q Sukses Manajemen Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *